Wednesday, September 10, 2014

Suatu Hari dalam Kehidupan Ibu Tatiani Sejati

Ibu Tatiana Sejati adalah figur yang dikenal di komunitas Indonesia di Ann Arbor. Nama Ibu Tatiana Sejati adalah identik dengan pertolongan karena ia baik hati, ringan tangan dan gemar menolong.

Ketika Ibu Maria sakit keras, hampir setiap hari Ibu Sejati mengirimkan makanan sehat homemade ke rumahnya. Tidak hanya sehat, masakan Ibu Tatiana Sejati juga sungguh lezat, walaupun tidak menggunakan MGS. Setelah seminggu, berkat bantuan doa, pengobatan dokter, dan menu makanan sehat, Puji Tuhan Ibu Maria sembuh dari sakitnya.

“Puji Tuhan sudah sehat yah!” kata Ibu Sejati ketika bertemu dengan Ibu Maria di supermarket.

“Amin!” jawab Ibu Maria. “Terimakasih atas bantuan Ibu Sejati, mengirimkan makanan waktu saya sakit,”

Ibu Sejati tersenyum mendengar perkataan Ibu Maria. Namun senyumnya tidak bertahan lama, karena kemudian matanya melotot melihat shopping cart Ibu Maria yang isinya beraneka ragam chips, cookies, soda, ice cream dan permen.
makanan semacam ini BERBAHAYA
Mana sayur? Mana buah?

“Ini untuk anak anak saya,” kata Ibu Maria dengan malu-malu. Ia sadar dengan raut wajah Ibu Sejati yang menunjukkan kekecewaan. “Sampai ketemu di gereja minggu depan yah,”

Dengan perasaan malu Ibu Maria menuju ke kasir, dan dengan perasaan sedih Ibu Sejati meneruskan acara belanjanya. Ia membeli buah, sayur, organic skim milk, organic plain fat free yogurt, kacang-kacangan, organic tofu dan tempeh. Dalam hati ia merasa percuma saja mengirimkan makanan sehat homade selama seminggu berturut-turut. Ibu Maria tidak mau bertobat dari gaya makannya yang sia-sia.

Sampai di rumah, Ibu Sejati dikagetkan oleh voice mail dari Ibu Una. Ibu Una minta dibantu menjemput anaknya dari day care. Ibu Una sedang ada meeting, suaminya sedang di luar kota. Namun anak mereka yang berusia 4 tahun tiba-tiba demam tinggi. Sambil menari napas panjang, Ibu Sejati berpikir sejenak. Bantu atau tidak yah? Sebetulnya ia ingin mendengarkan kotbah Pastor Joseph Sumirgo minggu lalu.Karena ia ditugaskan oleh Daniel Wagiman untuk mengajar sekolah minggu, ia tidak sempat mendengar kotbah. Namun kemudian ia ingat ayat Alkitab yang mengatakan jangan jemu-jemu untuk berbuat baik. Akhirnya ia bertekad untuk membantu Ibu Una.

“Thanks for helping me. I owe you one,” kata Ibu Una di telepon. 

Ibu Sejati sumringah mendengar ucapan Ibu Una. Namun ketika ia menjemput anak Ibu Una di day-care, sumringahnya berganti dengan perasaan prihatin. Ashley, anak Ibu Una yang cantik, terlihat pucat pasi. Suhu tubuhnya tinggi. Udara sudah mulai dingin pada bulan Oktober di Ann Arbor. Namun Ashley hanya memakai sweatshirt yang tipis. Kakinya hanya memakai running shoes tanpa kaus kaki. Tidak heran kalau dia demam. Aduh,ibu macam apa Ibu Una.Karir maju, anak terlantar.

Ibu Sejati memberikan segelas susu hangat (organic tentunya) dan sepiring oatmeal raisin cookies (homemade from scratch) kepada Ashley.

Ashley tidak suka cookies bikinan Ibu Sejati
padahal lebih sehat daripada oreo
“Thank you,” kata Ashley dengan sopan. Ia minum susu namun cookies-nya tidak disentuh.

“You are not hungry, sweetie? You don’t want cookies? ” Tanya Ibu Sejati

“I don’t like the raisins,” kata Ashley kecil. “Do you have Oreos?”

“Sorry, I don’t have junk food in my home,” jawab Ibu Sejati

Ashley nonton acara TV anak-anak. Ia lebih memilih Dora the Explorer ketimbang Veggietales. Sayang sekali Ibu Una tidak memperkenalkan Ashley dengan Christian entertainment. Ibu Sejati tambah prihatin. Dua jam kemudian Ibu Una menjemput Ashley. Ibu Una membelikan cappuccino dari McDonalds buat Ibu Sejati, serta Happy Meals buat Ashley.

“Lagi demam, kok makan goreng-gorengan,” komentar Ibu Sejati

“Dia lagi koleksi Barbie toys dari Happy Meals,” jawab Ibu Una. “Biasanya juga yag dimakan hanya apple slices dan yogurt-nya,”

Ibu Sejati menganggukan kepalanya sambil tersenyum. Namun dalam hati, ia tambah prihatin. Ia bersyukur karena anak-anaknya tidak suka makan McDonald. Bagi anak-anak keluarga Sejati, Deli sandwich adalah fast food. 

“Bye bye!” said Ashley, sambal mengunyah nuggets.

Ketika Ashley dan Ibu Una pulang, tidak ada waktu lagi untuk dengar kotbah. Ia harus menyiapkan makan malam. Menu hari ini adalah beef teriyaki (organic free range beef of course) dan tumis sayuran. Menu snack adalah homemade chocolate pudding (takaran gula dikurangi oleh Ibu Sejati) with vanilla sauce. Buat suami dan anak-anak, Ibu Sejati selalu memberikan yang terbaik.
Ibu Sejati tidak pernah menggunakan bumbu instant


Kesibukan mengurus makan malam, membantu anak membuat homework, mengantar anak ikut kursus renang, menyita waktu Ibu Sejati sampai malam. Setelah anak –anak tidur dan rumah teratur kembali, Ibu Sejati menarik napas panjang. Ia akan punya waktu satu sampai dua jam untuk check email dan mendengar kotbah Pastor Joseph Sumirgo. Biasanya ia sering menemani Pak Sejati nonton DVD, tapi kali ini, ia memilih untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.

Pastor Joseph berkotbah tentang pentingnya saling melayani dalam community. Ah Ibu Sejati merasa tersanjung. Ia telah melakukan apa yang dikotbahkan. Walaupun dalam gereja , ia hanya melayani di sekolah minggu, namun dalam keseharian ia melayani teman-temannya. Inilah yang disebut pelayanan yang sejati, mencerminkan namanya, Ibu Tatiani Sejati.

Setelah selesai mendengar kotbah, ibu Sejati mulai check email-nya. Ada beberapa email dari teman-temannya. Ia membuka email dari Ibu Sylvia, teman yang berhasil ia jodohkan dengan Sigit, sahabat lama Pak Sejati. Ibu Sejati tersenyum mengingat ia menjadi tamu kehormatan saat pesta pernikahan Ibu Sylvia dan Pak Sigit, karena ia menjadi mak comblang yang sukses. Yah, inilah salah satu contoh dari pelayanan sejati.

Senyum kemudian berubah menjadi ekspresi heran dan ngeri karena email Ibu Sylvia menceritakan tentang keinginannya untuk bercerai. Nikah baru satu tahun sudah bercerai?

“Dad…coba tolong telepon teman kamu Sigit!” kata Ibu Sejati dengan nada panic

“Besok aja deh! Sudah malam!”

“Sekarang aja deh, masa aku dapat email katanya Sylvia mau cerai sama Sigit!”

Pak Sejati pun kaget mendengar perkataan istrinya. Namun ketika ia menelepon Sigit, teman akrabnya, ia malah jadi kesal karena ia dimaki-maki oleh Sigit.

“Bilang sama istrimu, saya nyesal kawin dengan Sylvia!” Sigit membentak Pak Sejati di telepon. Pak Sejati yang bijaksana, tidak mau meladeni orang yang sedang marah. Apalagi ia tahu kalau Sigit frustasi. Ia hanya menutup teleponnya.

“Bagaimana, Dad?”

“Sudah ah, pusing aku. Aku mau tidur aja,” kata Pak Sejati.

Kali ini panic menyerang Ibu Sejati. Ia menelepon Sylvia. Namun yang ditelepon tidak menjawab. Ibu Sejati mulai berdoa. Ia merasa masalah separah ini harus diserahkan kepada Tuhan. Setelah tenang, ia mulai membuka emailnya lagi. Kali ini adalah email dari Ibu Una.

Dear Tatiani. Bisa tolong jaga Ashley besok? Dia masih panas. Tapi aku harus kerja. Thanks.

Sambil cemberut, Ibu Sejati menjawab emailnya. Dear Una. Sorry tidak bisa. Sudah ada janji besok. Kebangetan si Una ini. Dikasih hati minta jantung.

Email berikutnya adalah dari Pak Rinto. Bulan kemaren dia dipecat dari pekerjaannya, dan Ibu Sejati memperkenalkannya dengan Ibu Martin yang sedang mencari pegawai di restaurannya. Dalam emailnya dia bilang dia tidak suka kerja di restaurant ibu Martin. Selanjutnya isi email itu menjelek-jelekkan ibu Martin. Dia mengakhiri emailnya dengan rencana untuk menuntut Ibu Martin ke pengadilan karena dia sempat sakit gara-gara restaurant ibu Martin kurang bersih.

Tak lama kemudian, masuklah text message dari Ibu Martin.

Tatiani Sejati, kalau mau rekomendasi orang buat restaurant saya hati-hati dong. Masa saya dikasih orang brengsek macam Rinto.

Ibu Sejati makin pusing setelah membaca text yang baru masuk. Walapun ia ingin tahu detail tentang Rinto, namun ia takut menghadapi ibu Martin yang terkenal tegas. Ia pun menutup halaman emailnya dan membuka halaman facebook. Lumayan lah baca-baca facebook, kan refreshing.

Ia meng-upload-foto dinner hari ini. Teriyaki beef dan tumis sayuran. Posting tentang makanan selalu mengundang komentar positif dari teman-teman facebooknya. Ia sering mendapat thumbs up karena foto makanan yang cantik. Betul. Beberapa menit setelah ia post foto makanan, beberapa teman langsung klik “thumbs up “.

Whoa! Yummy and healthy! komentar Ibu Penina Mulyadi di wall-nya. Ibu Sejati tersenyum lebar. Sayang Ibu Lana Sumirgo tidak ikutan facebook. Kalau ikut, pasti dia juga akan klik “ thumbs up “. Dia pernah memuji masakan Ibu Sejati waktu ada potluck gereja. Dia suka salad racikan Ibu Sejati.

salad Ibu Sejati yang disukai oleh Ibu Lana Sumirgo
THUMBS UP
Beberapa menit berlalu, ia melanjutkan melihat update dari teman-temannya di facebook. Ketika ia melihat facebook account Ibu Maria, ia tertegun. Ibu Maria posting selfie-nya yang sedang menikmati hidangan iga panggang. Ia menggeleng-gelengkan kepala melihat komentar Ibu Maria di wall-nya celebrating my recovery!

Are you kidding? Celebrating your recovery with barbecue ribs? You just recovered from gout, you idiot! Do you want to be sick again? Ibu Sejati menarik napas  panjang. Mungkin ia harus meminta Ibu Penina Mulyadi untuk melayani Ibu Maria secara langsung. Supaya Maria makan salad bukannya makan ribs yang berlemak.


Akhirnya, Ibu Sejati log off dari facebook. Dia mematikan laptop-nya. Lalu berdoa. Ia berdoa supaya Ibu Maria bertobat dari gluttony, satu dari seven deadly sins. Biar Roh Kudus yang menegur dia. Ibu Sejati juga minta Tuhan berikan keterbebanan kepada Ibu Penina Mulyadi untuk menegur Ibu Maria dengan penuh kasih. Supaya Tuhan mengubah pola pikir Ibu Una yang lebih mengutamakan karir daripada anak. Supaya pertengkaran Rinto dan Ibu Martin bisa diselesaikan. Amin.

No comments:

Post a Comment