Wednesday, February 28, 2018

Gang Mendas, Gang Bhinekka Tunggal Ika



candid style vintage photo di Gang Mendas




ki-ka : Kak Meta Jobah dan baby Nando, Oma dan saya waktu baby, Opung Juli, Tante Noni
ki-ka bawah baby Juli di walker dan Kak Ratna
Saya lagi kepincut dengan foto foto lama dan yang kali ini bahkan 42 tahun umur fotonya ( wah ketahuan deh). Ini adalah foto Oma Mendas ( Menteng Wadas, nama gang tempat tinggal Oma ) dengan para tetangga. Ada Kak Meta Jobah, Oma Mendas yang sedang memangku saya, Opung Juli ( saya nggak tahu namanya, disebut Opung Juli karena cucunya bernama Juli ), dan Tante Noni ( karena anaknya bernama Noni ). Lalu gadis cantik yang duduk di lantai ialah Kak Ratna, anak bungsu Tante Noni. 

Di gang Mendas itu para tetangga sangat dekat. Dekat secara fisik, karena gang Mendas itu kecil jalannya, juga pergaulannya pun dekat. Saya bisa tahu menu makan siang tetangga sebelah, padahal belum ada facebook lho saat itu. 

Kedekatan tentu bisa menimbulkan kekepohan yang berujung gosip. Gosip memang ada namun seingat saya konflik jarang terjadi. Apalagi konflik gara gara agama, tidak terjadi pada masa itu. Yang ada malah saling kirim mengirim atau mencicipi makanan khas hari raya tertentu. 

Mengapa saya sebuat Gang Bhineka Tunggal Ika, karena penghuni gang itu berbeda-beda sukunya. Ada yang Cina  yaitu Oma Mendas ,Tante Reri/Oma Elda, Ci Asiu. Manado yaitu Tante Noni. Batak yaitu Opung Juli, Kak Meta Jobah dan Tante Gloria. Padang yaitu Kak Meta yang ramping, dan ada juga keluarga Jawa di sebelah Tante Noni yang anaknya bernama Nunu dan Anton.

Saya ingat pernah juga terjadi kehebohan di Gang Mendas gara-gara abang tukang jualan yang pingsan ketika lagi dagang. Akibatnya ada yang berteriak minta tolong dan orang-orang pun bergegas keluar rumah, termasuk Oma saya. Ada yang berusaha menyadarkan si abang, ada yang mengambilkan minum, ada yang ribut tanya tanya obat, kasih minyak angin, dan juga ada yang cuma menonton. Semua bernapas lega ketika akhirnya orang itu siuman.  Namun orang -orang memastikan supaya si abang ok sebelum ia pergi bahkan kemungkinan besar si abang diberikan minum dan makan sebelum ia dilepas. 

Ralat dari tante: Yang saya sebut sebagai Tante Noni, ternyata adalah Oma Ingki, kependekan dari Ingkiriwang. 







Tuesday, February 27, 2018

Boneka Beruang Pilihan Saya

Saya dan Michael, adik saya. Sophie tanya kenapa saya nggak senyum.

Sudah 37 tahun usia foto ini, diambil waktu saya berusia 7 tahun dan adik saya 6 tahun. Lokasinya di Mendas, alias Menteng Wadas, di rumah Oma dari pihak mama. Saya tidak terlalu mahir dalam hal arah dan jalan, jadi saya sebutkan berdasarkan pusat keramaian yang ada di sekitarnya ya... Mendas itu di kawasan Jakarta Selatan dekat Manggarai, dekat pasar Minangkabau, dekat pasar Rumput.

Saya ingat, saya disuruh bergaya dengan adik, sambil memegang mainan favorit saya yaitu boneka beruang coklat, hadiah ulang tahun dari Akoh. Akoh adalah panggilan tante yang lebih paling tua dari pihak papa. Akoh saya namanya Julia atau Sjuul, nama panggilannya. Boneka ini sangat spesial buat saya, karena saya diberikan kesempatan untuk mempraktekkan hak memilih saya... hahaha..kayak pemilu aja ya.

Jadi sebelum saya berulang tahun yang ke-7, Oma dan Akoh mengajak saya pergi ke sebuah toko mainan di Pasar Baru. Sampai di sana, Akoh mempersilahkan saya memilih mainan sebagai hadiah ulang tahun saya. Dan saya suka dengan boneka beruang itu. Bonekanya ada pilihan warna cokat dan merah dadu. Saya lebih suka yang coklat, dan itulah yang saya pilih.

Di perjalanan pulang, Oma dan Akoh bertanya nama apa yang mau saya berikan kepada boneka itu. Mereka mengusulkan bagaimana kalau diberikan nama Beertje ( atau beruang kecil dalam bahasa Belanda )? Tapi saya tidak suka dengan nama itu. Saya tidak ingat apakah apakah akhirnya diberi nama atau tidak. Malah yang nempel di kepala saya, sepertinya adalah nama : Si Gendut. Ya memang beruang ini gendut dan cocok dengan nama tersebut. 

Mengapa memilih hadiah sendiri itu sangat berarti buat saya? Entahlah, mungkin jaman saya itu, anak anak jarang diberi kesempatan untuk memilih. Dan terus terang, dulu keluarga kami itu tidak semapan keluarga kakak-kakak papa yang lain, jadi saya dan adik tidak banyak disodorkan pilihan yang berkaitan dengan hal-hal material. Berbeda halnya dalam menetapkan pilihan hobi, kesukaan, jurusan pelajaran dan karier, mama dan papa saya memberikan kebebasan buat saya dan adik saya. Dan tentunya pilihan itu diberikan ketika kami sudah lebih besar.