Maunya sih, seminggu sekali, tapi dijadwalkan dua minggu sekali,
mungkin biar orang tua murid yang lain dapat kesempatan.
Di Amerika, guru akan senang sekali jika dibantu.
Mulai dari voluntir ketika anak makan siang,
bantu foto copy material pelajaran, jadi panitia jika sekolah mengadakan perayaan, bantu jualan ini itu untuk cari dana buat sekolah, dll.
Saya bantu gurunya Sophie untuk mengawasi anak-anak
ketika sedang bikinPS ( pekerjaan sekolah ).
Anak anak TK kan masih perlu dibimbing.
setelah selesai , anak-anak biasanya menggambar di belakang kertas PS mereka Ini gambarnya Sophie |
teman sekelas Sophie yang lucu-lucu.
Anak-anak kan polos, walaupun ada yang reseh atau bandel,
mereka tidak pasang topeng.
Kadang ada yang saking polosnya, jadi membuka rahasia keluarga.
Contohnya suatu kali, ada temannya Sophie yang tanya sama saya
" Are you Sophie's mom ?"
"Yes. Sophie looks like me, doesn't she ?"
Anak itu menganggukan kepalanya. Saya balik bertanya.
" Do you look like your dad ?"
" Yes, but my Dad does not live with me and my mom.
My Mom is not happy with him. So he moved out,"
Saya jadi salah tingkah sendiri, bingung mau komentar apa
sama omongan anak ini.
Teman sekelas Sophie kebanyakan bule.
Ada dua orang yang Afro-amerika, satu orang India,
dua orang Latino, dan satu orang Iran.
Selain menikmati tingkah polah anak kecil yang polos dan lucu,
saya juga senang mengamati mata anak-anak itu.
Matanya berwarna warni.
dark brown, almond shaped eyes |
Teman-teman Sophie ada yang warna matanya
biru cerah, biru abu-abu, coklat muda ( hazel),
hijau, hijau abu-abu dan coklat tua.
Teman kuliah saya, Camelia Effendy pernah bilang
enak sekali cewek bule yg matanya biru atau hijau atau coklat .
Tidak perlu pake eye shadow tebal-tebal,
pakai maskara sedikit saja mata sudah pop up.
Saya mengamati mata temannya Sophie
tanpa ada perasaan aneh atau janggal .
Pernah sekali, saya mengamati mata seseorang
lalu setelah itu merasa creepy sendiri.
Kejadiannya di rumah sakit.
Waktu itu saya baru melahirkan Sophie. Baru sehari.
Eddy tidak nginap di rumah sakit.
( Kalau anak ketiga, sudah tidak terlalu manja ),
karena ada Dani dan Tim yang perlu ditunggui di rumah.
Sebelumnya saya dijenguk oleh beberapa teman Indonesia.
Lalu setelah mereka pulang, suasana kamar saya pun jadi sepi lagi.
Baby Sophie sedang tidur di sebelah saya.
Lalu pintu kamar diketuk oleh dokter.
" Hello, this is Dr M., may I come in ?"
" Sure," jawab saya
Dokter M masuk. Di klinik OB/GYN saya,
hanya dia satu-satu dokter lelaki, yang lain semuanya dokter perempuan.
Dokter M lalu bertanya bagaimana kabar saya.
Apakah saya masih kesakitan, dll...
Pertanyaan-pertanyaan tentang kondisi saya yang wajar
ditanyakan oleh seorang dokter.
Kebetulan Dokter M waktu itu berdiri di bawah lampu,
dan sambil terus ngomong, saya tiba-tiba perhatikan matanya dia.
Di bawah sinar lampu kamar rumah sakit yang temaran,
terlihat mata Dr M berwarna biru terang.
Saya jadi terpana sendiri dan tuli terhadap apa yang dia bicarakan.
Lalu dia salaman, dan minta diri,
meneruskan tugasnya untuk menengok pasien-pasien yang lain.
Meninggalkan saya yang masih tersihir dengan mata birunya.
Beberapa saat kemudian , saya sadar kembali.
OMG, apakah saya ngelaba ? Mungkin saja.
Tapi kemungkinan besar itu karena perubahan hormon,
baru melahirkan ( menghibur diri sendiri ).
Hari ini sehabis mengamati dan
menikmati mata anak-anak di kelasnya Sophie,
saya bertanya tanya sendiri...
Is it a big deal ? Why am I so concerned about eyes ?
Namun kemudian teringat sebuah cerita pendek karya Ahmad Tohari
yang berjudul "Mata yang Enak Dipandang "
Juga sebuah program TV populer di Jakarta "Mata Najwa ".
Well, I think I'm not the only one.
No comments:
Post a Comment