Ibu Tatiana Sejati adalah figur
yang dikenal di komunitas Indonesia di Ann Arbor. Nama Ibu Tatiana Sejati adalah
identik dengan pertolongan karena ia baik hati, ringan tangan dan gemar
menolong.
Ketika Ibu Maria sakit keras, hampir
setiap hari Ibu Sejati mengirimkan makanan sehat homemade ke rumahnya. Tidak hanya
sehat, masakan Ibu Tatiana Sejati juga sungguh lezat, walaupun tidak menggunakan
MGS. Setelah seminggu, berkat bantuan doa, pengobatan dokter, dan menu makanan
sehat, Puji Tuhan Ibu Maria sembuh dari sakitnya.
“Puji Tuhan sudah sehat yah!” kata
Ibu Sejati ketika bertemu dengan Ibu Maria di supermarket.
“Amin!” jawab Ibu Maria.
“Terimakasih atas bantuan Ibu Sejati, mengirimkan makanan waktu saya sakit,”
Ibu Sejati tersenyum mendengar
perkataan Ibu Maria. Namun senyumnya tidak bertahan lama, karena kemudian
matanya melotot melihat shopping cart Ibu Maria yang isinya beraneka ragam
chips, cookies, soda, ice cream dan permen.
|
makanan semacam ini BERBAHAYA |
Mana sayur? Mana buah?
“Ini untuk anak anak saya,” kata
Ibu Maria dengan malu-malu. Ia sadar dengan raut wajah Ibu Sejati yang
menunjukkan kekecewaan. “Sampai ketemu di gereja minggu depan yah,”
Dengan perasaan malu Ibu Maria
menuju ke kasir, dan dengan perasaan sedih Ibu Sejati meneruskan acara
belanjanya. Ia membeli buah, sayur, organic skim milk, organic plain fat free
yogurt, kacang-kacangan, organic tofu dan tempeh. Dalam hati ia merasa percuma
saja mengirimkan makanan sehat homade selama seminggu berturut-turut. Ibu Maria
tidak mau bertobat dari gaya makannya yang sia-sia.
Sampai di rumah, Ibu Sejati
dikagetkan oleh voice mail dari Ibu Una. Ibu Una minta dibantu menjemput
anaknya dari day care. Ibu Una sedang ada meeting, suaminya sedang di luar
kota. Namun anak mereka yang berusia 4 tahun tiba-tiba demam tinggi. Sambil
menari napas panjang, Ibu Sejati berpikir sejenak. Bantu atau tidak yah?
Sebetulnya ia ingin mendengarkan kotbah Pastor Joseph Sumirgo minggu lalu.Karena ia ditugaskan oleh Daniel Wagiman untuk mengajar sekolah minggu, ia
tidak sempat mendengar kotbah. Namun kemudian ia ingat ayat Alkitab yang
mengatakan jangan jemu-jemu untuk berbuat baik. Akhirnya ia bertekad untuk
membantu Ibu Una.
“Thanks for helping me. I owe you
one,” kata Ibu Una di telepon.
Ibu Sejati sumringah mendengar ucapan Ibu Una. Namun ketika
ia menjemput anak Ibu Una di day-care, sumringahnya berganti dengan perasaan
prihatin. Ashley, anak Ibu Una yang cantik, terlihat pucat pasi. Suhu tubuhnya
tinggi. Udara sudah mulai dingin pada bulan Oktober di Ann Arbor. Namun Ashley
hanya memakai sweatshirt yang tipis. Kakinya hanya memakai running shoes tanpa
kaus kaki. Tidak heran kalau dia demam. Aduh,ibu macam apa Ibu Una.Karir maju,
anak terlantar.
Ibu Sejati memberikan segelas susu
hangat (organic tentunya) dan sepiring oatmeal raisin cookies (homemade from
scratch) kepada Ashley.
|
Ashley tidak suka cookies bikinan Ibu Sejati padahal lebih sehat daripada oreo |
“Thank you,” kata Ashley dengan
sopan. Ia minum susu namun cookies-nya tidak disentuh.
“You are not hungry, sweetie? You
don’t want cookies? ” Tanya Ibu Sejati
“I don’t like the raisins,” kata
Ashley kecil. “Do you have Oreos?”
“Sorry, I don’t have junk food in
my home,” jawab Ibu Sejati
Ashley nonton acara TV anak-anak.
Ia lebih memilih Dora the Explorer ketimbang Veggietales. Sayang sekali Ibu Una
tidak memperkenalkan Ashley dengan Christian entertainment. Ibu Sejati tambah
prihatin. Dua jam kemudian Ibu Una menjemput Ashley. Ibu Una membelikan
cappuccino dari McDonalds buat Ibu Sejati, serta Happy Meals buat Ashley.
“Lagi demam, kok makan
goreng-gorengan,” komentar Ibu Sejati
“Dia lagi koleksi Barbie toys dari
Happy Meals,” jawab Ibu Una. “Biasanya juga yag dimakan hanya apple slices dan
yogurt-nya,”
Ibu Sejati menganggukan kepalanya
sambil tersenyum. Namun dalam hati, ia tambah prihatin. Ia bersyukur karena
anak-anaknya tidak suka makan McDonald. Bagi anak-anak keluarga Sejati, Deli
sandwich adalah fast food.
“Bye bye!” said Ashley, sambal mengunyah nuggets.
Ketika Ashley dan Ibu Una pulang,
tidak ada waktu lagi untuk dengar kotbah. Ia harus menyiapkan makan malam. Menu
hari ini adalah beef teriyaki (organic free range beef of course) dan tumis
sayuran. Menu snack adalah homemade chocolate pudding (takaran gula dikurangi
oleh Ibu Sejati) with vanilla sauce. Buat suami dan anak-anak, Ibu Sejati
selalu memberikan yang terbaik.
|
Ibu Sejati tidak pernah menggunakan bumbu instant |
Kesibukan mengurus makan malam,
membantu anak membuat homework, mengantar anak ikut kursus renang, menyita
waktu Ibu Sejati sampai malam. Setelah anak –anak tidur dan rumah teratur
kembali, Ibu Sejati menarik napas panjang. Ia akan punya waktu satu sampai dua
jam untuk check email dan mendengar kotbah Pastor Joseph Sumirgo. Biasanya ia sering
menemani Pak Sejati nonton DVD, tapi kali ini, ia memilih untuk mendekatkan
diri kepada Tuhan.
Pastor Joseph berkotbah tentang
pentingnya saling melayani dalam community. Ah Ibu Sejati merasa tersanjung. Ia
telah melakukan apa yang dikotbahkan. Walaupun dalam gereja , ia hanya melayani
di sekolah minggu, namun dalam keseharian ia melayani teman-temannya. Inilah
yang disebut pelayanan yang sejati, mencerminkan namanya, Ibu Tatiani Sejati.
Setelah selesai mendengar kotbah,
ibu Sejati mulai check email-nya. Ada beberapa email dari teman-temannya. Ia
membuka email dari Ibu Sylvia, teman yang berhasil ia jodohkan dengan Sigit, sahabat
lama Pak Sejati. Ibu Sejati tersenyum mengingat ia menjadi tamu kehormatan saat
pesta pernikahan Ibu Sylvia dan Pak Sigit, karena ia menjadi mak comblang yang
sukses. Yah, inilah salah satu contoh dari pelayanan sejati.
Senyum kemudian berubah menjadi
ekspresi heran dan ngeri karena email Ibu Sylvia menceritakan tentang
keinginannya untuk bercerai. Nikah baru satu tahun sudah bercerai?
“Dad…coba tolong telepon teman kamu
Sigit!” kata Ibu Sejati dengan nada panic
“Besok aja deh! Sudah malam!”
“Sekarang aja deh, masa aku dapat
email katanya Sylvia mau cerai sama Sigit!”
Pak Sejati pun kaget mendengar
perkataan istrinya. Namun ketika ia menelepon Sigit, teman akrabnya, ia malah
jadi kesal karena ia dimaki-maki oleh Sigit.
“Bilang sama istrimu, saya nyesal
kawin dengan Sylvia!” Sigit membentak Pak Sejati di telepon. Pak Sejati yang
bijaksana, tidak mau meladeni orang yang sedang marah. Apalagi ia tahu kalau
Sigit frustasi. Ia hanya menutup teleponnya.
“Bagaimana, Dad?”
“Sudah ah, pusing aku. Aku mau
tidur aja,” kata Pak Sejati.
Kali ini panic menyerang Ibu
Sejati. Ia menelepon Sylvia. Namun yang ditelepon tidak menjawab. Ibu Sejati
mulai berdoa. Ia merasa masalah separah ini harus diserahkan kepada Tuhan.
Setelah tenang, ia mulai membuka emailnya lagi. Kali ini adalah email dari Ibu
Una.
Dear
Tatiani. Bisa tolong jaga Ashley besok? Dia masih panas. Tapi aku harus kerja.
Thanks.
Sambil cemberut, Ibu Sejati
menjawab emailnya. Dear Una. Sorry tidak
bisa. Sudah ada janji besok. Kebangetan si Una ini. Dikasih hati minta
jantung.
Email berikutnya adalah dari Pak
Rinto. Bulan kemaren dia dipecat dari pekerjaannya, dan Ibu Sejati
memperkenalkannya dengan Ibu Martin yang sedang mencari pegawai di
restaurannya. Dalam emailnya dia bilang dia tidak suka kerja di restaurant ibu
Martin. Selanjutnya isi email itu menjelek-jelekkan ibu Martin. Dia mengakhiri
emailnya dengan rencana untuk menuntut Ibu Martin ke pengadilan karena dia
sempat sakit gara-gara restaurant ibu Martin kurang bersih.
Tak lama kemudian, masuklah text
message dari Ibu Martin.
Tatiani
Sejati, kalau mau rekomendasi orang buat restaurant saya hati-hati dong. Masa
saya dikasih orang brengsek macam Rinto.
Ibu Sejati makin pusing setelah
membaca text yang baru masuk. Walapun ia ingin tahu detail tentang Rinto, namun
ia takut menghadapi ibu Martin yang terkenal tegas. Ia pun menutup halaman emailnya
dan membuka halaman facebook. Lumayan lah baca-baca facebook, kan refreshing.
Ia meng-upload-foto dinner hari
ini. Teriyaki beef dan tumis sayuran. Posting tentang makanan selalu mengundang
komentar positif dari teman-teman facebooknya. Ia sering mendapat thumbs up
karena foto makanan yang cantik. Betul. Beberapa menit setelah ia post foto
makanan, beberapa teman langsung klik “thumbs up “.
Whoa!
Yummy and healthy! komentar Ibu Penina Mulyadi di wall-nya. Ibu Sejati tersenyum
lebar. Sayang Ibu Lana Sumirgo tidak ikutan facebook. Kalau ikut, pasti dia
juga akan klik “ thumbs up “. Dia pernah
memuji masakan Ibu Sejati waktu ada potluck gereja. Dia suka salad racikan Ibu
Sejati.
|
salad Ibu Sejati yang disukai oleh Ibu Lana Sumirgo THUMBS UP |
Beberapa menit berlalu, ia
melanjutkan melihat update dari teman-temannya di facebook. Ketika ia melihat
facebook account Ibu Maria, ia tertegun. Ibu Maria posting selfie-nya yang
sedang menikmati hidangan iga panggang. Ia menggeleng-gelengkan kepala melihat
komentar Ibu Maria di wall-nya celebrating
my recovery!
Are
you kidding? Celebrating your recovery with barbecue ribs? You just recovered
from gout, you idiot! Do you want to be sick again? Ibu Sejati menarik
napas panjang. Mungkin ia harus meminta Ibu
Penina Mulyadi untuk melayani Ibu Maria secara langsung. Supaya Maria makan
salad bukannya makan ribs yang berlemak.
Akhirnya, Ibu Sejati log off dari
facebook. Dia mematikan laptop-nya. Lalu berdoa. Ia berdoa supaya Ibu Maria
bertobat dari gluttony, satu dari seven deadly sins. Biar Roh Kudus yang
menegur dia. Ibu Sejati juga minta Tuhan berikan keterbebanan kepada Ibu Penina
Mulyadi untuk menegur Ibu Maria dengan penuh kasih. Supaya Tuhan mengubah pola
pikir Ibu Una yang lebih mengutamakan karir daripada anak. Supaya pertengkaran
Rinto dan Ibu Martin bisa diselesaikan. Amin.