Wednesday, November 4, 2015

Sup Merah, Sup Putih, dan Sup Bola

sup merah

sup putih

sup bola bola daging

Saya pernah dijuluki "soup girl" sama seorang teman. Penyebabnya ialah karena saya sering masak sup. Masak sup tidak sesulit bikin rendang, kare atau bakar bakar-an.

Sup Merah di atas diinspirasikan oleh sup buatan almarhum akoh Julia( tante kakaknya papa ). Beliau sering membuat sup merah jika ada pesta di rumahnya. Sup merahnya Akoh sangat gurih dan kental, isinya penuh dengan potongan ayam, susis, udang, wortel , kapri dan jamur. Sup yang saya buat, agak encer. Tapi ya sudahlah... yang penting kan sudah berkarya dan mengenang beliau yang orangnya baik hati dan perhatian terhadap sesama.

Sup Putih adalah contekan yang gagal dari sup asparagus buatan Oom Agus Kristianto. Biasanya kalau pesta di rumah Jikoh Yunita dan Oom Agus, pasti ada sup asparagus kepiting. Kebetulan waktu itu sedang dijual fresh white asparagus, saya langsung membelinya. Tak lupa saya beli juga daging kepiting kalengan. Sup yang saya buat, jauh sekali dari sup bikinan Oom Agus. Kepitingnya tidak berasa, jahenya juga tidak berasa. Ah mungkin kalau pulang kampung nanti harus kursus masak kilat dengan Oom saya ini.

Sup bola bola daging adalah sup yang sering dibuat mama saya ketika pesta. Mama membuatnya pas ulang tahun Fani kemaren ( keponakan saya ). Saya ingat mama juga bikin sup bola bola ini saat pihak keluarga suami lamaran ke rumah. Lamaran yang lumayan aneh, karena pada saat itu Eddy sedang kerja di Amerika, jadi yang melamar hanya keluarganya. hehhehe. Sup bola daging versi saya tidak menggunakan soun dan jamur kuping.

Siang ini , saya membuat corn creamed soup asal asalan. Jagungnya dari jagung frozen. Tidak memakai ayam, karena tidak ada. Kaldu ayam pun memakai yang bubuk. Tapi rasanya bolehlah. Saya makan dengan spinach pie frozen. Hari ini memang banyak menggunakan bahan frozen yang sudah jadi atau setengah jadi, karena sedang malas masak from scratch.


Corn creamed soup asal asalan

1. Rebus frozen corn
2. Tumis bawang putih dengan sedikit mentega dan minyak. Setelah matang, tambahkan dua sendok tepung terigu, tumis lagi. Masukkan air setengah gelas , di sini bisa ditambahkan sedikit kentang rebus. Karena tidak ada kentang rebus, saya ambil potato wedges frozen 4 potong. Rebus. Ketika air sudah mulai mendidih , hancurkan kentang itu. 
3. Masukkan setengah gelas susu cair dan kecilkan api. Masak sampai hangat. Tambahkan garam, lada, dan kaldu ayan bubuk. aduk aduk. 
3. Tambahkan potongan daun bawang. 

Siap dinikmati




   





Monday, November 2, 2015

Daun Gugur dan Semak Menyala

Memasuki bulan Oktober dan November, daun di pohon mulai berubah warna. Setelah dinikmati keindahannya, gugurlah daun tersebut. Halaman rumput dipenuhi oleh daun warna warni yang suaranya garing jika diinjak. 

pohon ornamental pear di depan rumah
Saya berharap hidup saya seperti daun itu. Makin tua, makin berwarna, makin tua, makin bisa dinikmati keindahannya. Sekarang sih belum tua, masih muda.

Mulailah kami sibuk, mengumpulkan daun gugur itu. Setelah dikumpulkan dengan alat semacam garpu (rake), dimasukkan ke kantung kertas. Pada hari tertentu akan diangkut oleh truk kompos. 

Perubahan warna juga terjadi pada daun semak-semak atau tanaman perdu. Di rumah saya tumbuh sejenis semak yang namanya "burning bush", atau semak menyala. Warnanya kalau musim panas ialah hijau, namun di musim gugur akan berubah menjadi merah menyala. Bagus sekali. 
burning bush di dekat talang air
Hari ini kebetulan cuacanya hangat. Matahari mencorongkan sinarnya. Langit biru cerah. Indah sekali. Periode cuaca yang tiba tiba menghangat di musim gugur yang sebetulnya sudah dingin disebut Indian Summer. 

Menikmati Indian summer yang pendek, dengan rumput yang dipenuhi daun gugur rasanya nikmat sekali. Beberapa pohon yang belum meranggas serta perdu burning bush seakan memamerkan warna warni mereka. Ah sesuatu bingits, demikian saya meminjam istilah yang sering dipakai dalam media sosial. 

Saya jadi ingat cerita guru sekolah minggu tentang Musa dan semak menyala. Saat itu Musa melihat penampakan yang aneh, sebuah semak menyala tapi daunnya tidak terbakar. Ternyata itu adalah tanda yang diberikan Tuhan kepadanya. 
jika summer hijau, jika fall merah
Semak menyala alias the burning bush, memberikan pesan kepada hati saya, bahwa sampai saat ini, Tuhan masih menyapa anak anakNya. Mungkin lewat kotbah, kebaikan dari sesama, lagu pujian yang indah, atau alam yang luar biasa. Menikmati sapaan Tuhan ...ah rasanya sesuatu bingits.