Maybe I am an old soul alias kuno deh
Minggu kemaren, entah kenapa kami bicara tentang Lupus.
Bukan Lupus nama penyakit, melainkan novel anak muda populer tahun 80-an.
Kehadiran serial Lupus selalu saya nanti-nantikan..
Seperti anak saya menantikan edisi terbaru Diary of Wimpy kid.
Lupus ini adalah anak remaja Jakarta di tahun 80-an.
Rambutnya gondrong. Dia punya kebiasaan mengunyah permen karet. Lengan kemeja selalu dilinting.
Dia juga punya teman- teman yang lucu, seperti Boim LeBon, Gusur, dll.
Lupus juga punya adik yang bernama Lulu ( kalau nggak salah ).
Pas lagi asyik-asyiknya ngobrol tentang Lupus, tiba-tiba Astrid Yuni, salah seorang teman, nyeletuk kalau dia kenal dekat dengan Hilman Hariwijaya.
Astrid Yuni di tengah |
Yuni juga kenal dengan Gusur. Ternyata karakter -karakter yang muncul di Lupus, adalah teman-teman Hilman.
" Hilman itu temannya sepupu gue. Kita kenalan, lalu jadi teman dekat, " kata Yuni
" Karena dia suka dengan Freddy Mercury, gue panggil dia Freddy di dalam surat.
Dia panggil gue Olivia, dari Olivia Newton John, "
Waduh.. sampai panggil-panggilan mesra begitu. Wah saya tidak nyangka deh Yuni dan Hilman.. hihihih
Jangan-jangan Yuni sempet jadi muse-nya Hilman . ( Do I start a new gossip, Mbak Yuni ? )
Setelah acara ngumpul-ngumpul usai , kembali terkenang masa lalu di mana saya dan beberapa teman ngejar-ngejar Hilman . Peristiwa ini agak memalukan. Tapi nggak papa deh . Saya mau jujur sama pembaca... Kan ada peribahasa jujur pangkal mujur.
Waktu itu saya kelas 1 atau 2 SMP . Saya, Michael( adik ), Lora, Fanny, dan beberapa teman yang lain
( siapa lagi yang ikut yah.. hayo ngaku ) pergi ke pameran buku IKAPI. Kalau tidak salah lokasinya di Senayan..( kalo salah tolong dimaafkan ... ). Ketika sedang melihat-lihat buku di stan Gramedia, saya disenggol sama Michael.
" Eh ada Lupus tuh, "
" Lupus ? maksudnya Hilman , pengarang Lupus ? " tanya saya
Adik saya menunjukkan seorang pemuda berambut gondrong yg mirip seperti tokoh Lupus.
Saya mulai kena starstruck.
" Tapi kok agak beda dengan Hilman yang asli yah..? " kata saya sambil mengingat-ingat foto Hilman yang pernah saya lihat di beberapa majalah.
Akhirnya saya dan teman-teman memberanikan diri menhampiri pemuda itu.
Dia senyum-senyum pas ditanya apakah dia Hilman.
" Boleh minta tanda tangannya, Kak, " tanya teman saya
Dia bilang tidak punya bolpen. Adik/ teman /saya bergegas membeli sebuah bolpen dan notebook. Dia pun segera memberikan tanda tangan . Persis seperti tanda tangan Hilman di dalam buku Lupus.
Karena kena demam selebrities, kami terus mengikuti Kak Hilman. Namun dia lalu menghilang. Pas kami celengak celengok cari dia, seorang pegawai Gramedia menghampiri kami.
" Maaf yah, yang tadi itu bukan Hilman, " katanya
Kami bengong . Sedih. Malu. Kesal . Kok bisa-bisanya dia mengaku-ngaku sebagai Hilman.
" Tapi kok, dia kasih tanda tangan, " kata salah seorang dari kami.
Pegawai Gramedia itu pun kembali minta maaf. Lalu pergi meninggalkan kami , anak-anak SMP yang masih terkejut . Terpuruk lebih tepatnya.
Saya ingat, lalu saya mendapatkan satu buku tipis di penerbit Djambatan, buku yang berjudul Pangeran Kecil karangan St. Antoine Exupery. Buku itu, sampai kini, mejadi salah satu buku favorit saya. Beberapa tahun yang lalu, saya kangen buku itu. Saya beli yang versi bahasa Inggris di amazon.com. Mungkin kalau saya pulang Indo nanti, saya akan cari lagi buku Lupus.